Sekretariat:


Musholla Pesantren Al Mubarok

Kertomulyo Rt.01 Rw.04 Trangkil Pati Jawa Tengah

Jl. Soponyono RT 06 RW 02 Panggungroyom Wedarijaksa Pati Jawa Tengah

Silahkan mencari disini

Jumat, 13 Januari 2012

Bulan Shafar


Bulan shafar 1433 H adalah salah satu bulan Allah yang mulia, bukan bulan sial sebagaimana anggapan sebagian orang. Kita juga mengetahui bahwa islam adalah agama yang selalu menaruh harapan baik terhadap kehidupan. Maka islam mengajari kita untuk selalu bersikap optimis dan menaruh harapan yang baik terhadap kehidupan dan segala yang melingkupinya. Sebaiknya, ajaran islam melarang kita menyakini sangkaan – sangkaan salah yang menyangkut kemalangan dalam kehidupan, sebagaimana keyakinan orang – orang Jahiliyah.
Memang, menurut beberapa riwayat sebagaimana yang disebutkan para ulama, di bulan ini Allah SWT menurunkan berbagai bala’ dan cobaan serta musibah di bumi. Diantara keterangan – keterangan ulama berkaitan dengan ini adalah bahwa hari rabu terakhir bulan shafar turun bala’ yang sangat besar, namun hal ini tidak berarti bulan shafar adalah bulan bala’. Secara keseluruhan , bulan shafar sama saja dengan bulan bulan yang lain. Jadi keterangan itu tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa semua bulan dan semua hari itu adalah baik. Berkaitan dengan itu ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dipahami.
Pertama, musibah – musibah tersebut tidak akan terjadi kecuali dengan qadha dan qadar Allah SWT. Bukan karena sesuatu yang lain dari makluk – makluk Allah SWT, melainkan semua itu sesuai dengan qadha danqadar-Nya. Di dalam Al Qur’an surah Al Hadid ayat 22 disebutkan yang artinya, “ setiap bencana yang menimpa dibumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (lauh al mahfuzh) sebelum kami mewujudkannya.
Kedua, tidak berarti bahwa bulan shafar adalah bulan sial, karena, pada setiap bulan, termasuk bulan shafar, terdapat atau terjadi hal hal yang baik (menyenangkan) dan juga hal-hal yang buruk atau tidak menyenangkan. Jadi, keterangan yang menyebutkan bahwa pada bulan shafarb turun berbagai musibah bukan berarti bahwa bulan itu adalah bulan sial. Karena itu, untuk menghindari sikap pesimistis yang demikian, para ulama menyebut bulan shafar dengan Shafar Al khyar 9 bulan shafar yang baik).
Allah SWT melarang kita untuk menganggap hari atau bulan tertentu sebagai bulan sial atau membawa kesedihan atau yang lain. Semua bulan adalah sama, yaitu bulan – bulan Allah SWT. Setiap bulan yang disitu seorang mukmin mengerjakan kebaikan dan beribadah, bulan itu adalah bulan yang membawa berkah baginya. Setiap waktu yang dibuat seseorang untuk mengerjakan maksiat, waktu tersebut adalah waktu yang membawa kesialan dan dosa.
Jadi hakikat kesialan adalah maksiat kepada Allah SWT. Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu mas’ud RA dikatakan, “ jika kesialan terdapat pada sesuatu, ia ada dilidah.”karena, lidah adalah salah satu indra manusia yang sering digunakan untuk bermaksiat. ‘Adiy bin Hatim juga berkata. “ beruntung dan sialnya sesuatu itu tergantung pada lidahnya.”
Dalam sebuah hadits dari Ali RA dikatakan, “bersegeralah untuk bersedekah. Sesungguhnya Bala’ tidak akan melewatinya.”(HR Ath-Thabarani). Dalam hadits lain dikatakan, “sesungguhnya pada tiap – tiap hari terdapat musibah, maka tolaklah musibah itu dngan sedekah.”
Sebagian orang menganggap bahwa bulan shafar adalah bulan pembawa sial, sehingga menanggalkan bepergian dibulan ini. Padahal hal tersebut perbuatan yang termasuk syirik, yang dilarang dibulan shafar, juga dilarang dibulan – bulan atau hari-hari lain, seerti syawal atau hari Rabu. Dalam sebuah hadits dikatakan, “ barangsiapa menanggalkan suatu perjalanan karena pesimistis (berkeyakinan akan sial), ia telah melakukan perbuatan Syirik.”
Dalam shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda, “ Tidak ada penularan (penyakit), tidak ada thiyarah, tidak ada hamah, dan tidak ada shafar.”
Lalu seorang arab baduwi bertanya.”wahai rasululloh, bagaimana dengan unta yang sehat yang kemudian dicampuri unta yang berkudis, sehingga membuatnya berkudis jua?”
Maka rasululloh SAW berkata, “ lalu siapa yang menulari yang pertama?”
Thiyarah adalah mengambil tanda-tanda kemalangan (kesialan) dengan menggunakan nama-nama burung, warnanya, dan arah perginya, meskipun tidak dibuat lari(terbang).
Sedang hamah adalah burung hantu. Orang orang jahiliyah meyakini bahwa, burung hantu mengitari rumah salah seorang diantara rumah mereka, orang ersebut atau salah seorang anggota keluarganya yang menghuni rumah itu akan mati. Maka maksudnya” tidak ada hammah” adalah tisak ada tanda-tanda kemalangan(kesialan) dengan burung hantu.
Adapun “tidak ada Shafar” artinya tidak ada shafar yang diakhirkan dari waktunya. Dahulu orang orang arab mengakhirkan muharram ke sahafar dan menjadikan shafar sebagai bulan mulia. Maksudnya, mereka meyakini adanya kemalangan dengan masuknya bulan shafar, karena mereka membayangkan bahwa didalam bulan itu terdapat banyak bencana. Maka pengertian ‘tidak ada shafar” adalah tidak ada kesialan dengan masuknya bulan tersebut.