Jumat, 13 Januari 2012
Bulan Shafar
Bulan
shafar 1433 H adalah salah satu bulan Allah yang mulia, bukan bulan sial
sebagaimana anggapan sebagian orang. Kita juga mengetahui bahwa islam adalah
agama yang selalu menaruh harapan baik terhadap kehidupan. Maka islam mengajari
kita untuk selalu bersikap optimis dan menaruh harapan yang baik terhadap
kehidupan dan segala yang melingkupinya. Sebaiknya, ajaran islam melarang kita
menyakini sangkaan – sangkaan salah yang menyangkut kemalangan dalam kehidupan,
sebagaimana keyakinan orang – orang Jahiliyah.
Memang,
menurut beberapa riwayat sebagaimana yang disebutkan para ulama, di bulan ini
Allah SWT menurunkan berbagai bala’ dan cobaan serta musibah di bumi. Diantara
keterangan – keterangan ulama berkaitan dengan ini adalah bahwa hari rabu
terakhir bulan shafar turun bala’ yang sangat besar, namun hal ini tidak
berarti bulan shafar adalah bulan bala’. Secara keseluruhan , bulan shafar sama
saja dengan bulan bulan yang lain. Jadi keterangan itu tidak bertentangan
dengan keyakinan bahwa semua bulan dan semua hari itu adalah baik. Berkaitan
dengan itu ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dipahami.
Pertama,
musibah – musibah tersebut tidak akan terjadi kecuali dengan qadha dan qadar
Allah SWT. Bukan karena sesuatu yang lain dari makluk – makluk Allah SWT,
melainkan semua itu sesuai dengan qadha danqadar-Nya. Di dalam Al Qur’an surah
Al Hadid ayat 22 disebutkan yang artinya, “ setiap bencana yang menimpa dibumi
dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (lauh al
mahfuzh) sebelum kami mewujudkannya.
Kedua,
tidak berarti bahwa bulan shafar adalah bulan sial, karena, pada setiap bulan,
termasuk bulan shafar, terdapat atau terjadi hal hal yang baik (menyenangkan)
dan juga hal-hal yang buruk atau tidak menyenangkan. Jadi, keterangan yang
menyebutkan bahwa pada bulan shafarb turun berbagai musibah bukan berarti bahwa
bulan itu adalah bulan sial. Karena itu, untuk menghindari sikap pesimistis
yang demikian, para ulama menyebut bulan shafar dengan Shafar Al khyar 9 bulan
shafar yang baik).
Allah
SWT melarang kita untuk menganggap hari atau bulan tertentu sebagai bulan sial
atau membawa kesedihan atau yang lain. Semua bulan adalah sama, yaitu bulan –
bulan Allah SWT. Setiap bulan yang disitu seorang mukmin mengerjakan kebaikan
dan beribadah, bulan itu adalah bulan yang membawa berkah baginya. Setiap waktu
yang dibuat seseorang untuk mengerjakan maksiat, waktu tersebut adalah waktu
yang membawa kesialan dan dosa.
Jadi
hakikat kesialan adalah maksiat kepada Allah SWT. Dalam hadits yang diriwayatkan
Ibnu mas’ud RA dikatakan, “ jika kesialan terdapat pada sesuatu, ia ada
dilidah.”karena, lidah adalah salah satu indra manusia yang sering digunakan
untuk bermaksiat. ‘Adiy bin Hatim juga berkata. “ beruntung dan sialnya sesuatu
itu tergantung pada lidahnya.”
Dalam
sebuah hadits dari Ali RA dikatakan, “bersegeralah untuk bersedekah.
Sesungguhnya Bala’ tidak akan melewatinya.”(HR Ath-Thabarani). Dalam hadits
lain dikatakan, “sesungguhnya pada tiap – tiap hari terdapat musibah, maka
tolaklah musibah itu dngan sedekah.”
Sebagian
orang menganggap bahwa bulan shafar adalah bulan pembawa sial, sehingga
menanggalkan bepergian dibulan ini. Padahal hal tersebut perbuatan yang
termasuk syirik, yang dilarang dibulan shafar, juga dilarang dibulan – bulan
atau hari-hari lain, seerti syawal atau hari Rabu. Dalam sebuah hadits
dikatakan, “ barangsiapa menanggalkan suatu perjalanan karena pesimistis
(berkeyakinan akan sial), ia telah melakukan perbuatan Syirik.”
Dalam
shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda, “ Tidak
ada penularan (penyakit), tidak ada thiyarah, tidak ada hamah, dan tidak ada
shafar.”
Lalu
seorang arab baduwi bertanya.”wahai rasululloh, bagaimana dengan unta yang
sehat yang kemudian dicampuri unta yang berkudis, sehingga membuatnya berkudis
jua?”
Maka
rasululloh SAW berkata, “ lalu siapa yang menulari yang pertama?”
Thiyarah
adalah mengambil tanda-tanda kemalangan (kesialan) dengan menggunakan nama-nama
burung, warnanya, dan arah perginya, meskipun tidak dibuat lari(terbang).
Sedang
hamah adalah burung hantu. Orang orang jahiliyah meyakini bahwa, burung hantu
mengitari rumah salah seorang diantara rumah mereka, orang ersebut atau salah
seorang anggota keluarganya yang menghuni rumah itu akan mati. Maka maksudnya”
tidak ada hammah” adalah tisak ada tanda-tanda kemalangan(kesialan) dengan
burung hantu.
Adapun
“tidak ada Shafar” artinya tidak ada shafar yang diakhirkan dari waktunya.
Dahulu orang orang arab mengakhirkan muharram ke sahafar dan menjadikan shafar
sebagai bulan mulia. Maksudnya, mereka meyakini adanya kemalangan dengan
masuknya bulan shafar, karena mereka membayangkan bahwa didalam bulan itu
terdapat banyak bencana. Maka pengertian ‘tidak ada shafar” adalah tidak ada
kesialan dengan masuknya bulan tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)